PENYAKIT DRACUNCULIASIS

A. LATAR BELAKANG PENYAKIT DRACUNCULIASIS
Dracunculiasis sudah dikenal sejak jaman dahulu oleh karena gejala klinisnya yang sangat khas. Penyakit ini tersebar mulai dari daerah tropis Afrika sampai Timur Tengah, India dan Srilanka juga terkadang terjadi di Burma, Malaysia dan Indonesia. Berdasarkan perkiraan Stoll (1947) lebih dari 48 juta manusia di dunia telah terinfeksi penyakit ini.

B. PENYEBAB PENYAKIT DRACUNCULIASIS
Dracunculiasis atau Dracontiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing Dracunculus medinensis atau yang biasa disebut cacing Guinea.

parasit-guinea-worm    icl5cl

C. KLASIFIKASI ILMIAH CACING GUINEA
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Order : Camallanida
Superfamily : Dracunculoidea
Family : Dracunculidae
Genus : Dracunculus
Species : Dracunculus medinensis

D. PENYEBARAN PENYAKIT DRACUNCULIASIS
Larva cacing guinea hidup di dalam tubuh kutu air. Telurnya menetas di sungai dan beberapa tertelan oleh kutu air. Ketika orang minum air ini, kutu air kadang ikut masuk ketubuh manusia lalu dicerna dan meninggalkan telur cacing Guinea yang tetap utuh tidak dapat tercerna lalu menetas dalam usus (anehnya telur di dalam kutu yang tertelan masuk ketubuh manusia ini tidak bisa mati atau tidak terbunuh oleh asam lambung).
Cacing jantan akan mati setelah kawin dalam tubuh manusia, sementara cacing perempuan terus tumbuh dalam waktu singkat, tumbuh menjadi sekitar lebih dari dua inci per minggu.
Setelah jatuh tempo cacing tumbuh sepanjang 3 kaki dan memakan jalan mereka melalui kulit, biasanya di bagian bawah tubuh. Cacing ini perlu 6 minggu untuk sepenuhnya muncul keluar dari kulit manusia.
Dalam setahun cacing ini perlahan-lahan mengeluarkan diri dari tubuh manusia yang ditempati, pertama menjulurkan kepala di bawah kaki atau lengan manusia yang menjadi korban. Proses ini menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Lubang luka tempat keluar caing ini akan membesar dan menyakitkan.

E. SIKLUS HIDUP CACING GUINEA

Picture1

F. PENULARAN PENYAKIT DRACUNCULIASIS

a. Sumber air minum yang terkontaminasi Cyclops (zooplankton)
b. Penularan dari penderita ke sumber air
Ternyata di tempat endemis dracunculiasis, secara tradisional pasien dracunculiasi akan merendam kakinya ke dalam air supaya tidak nyeri. Hal ini merupakan kesalahan fatal, karena cacing betina yang hamil akan melepaskan larva yang dikandungnya ke air. Larva ini akan “dimakan” oleh Copepoda (zooplankton), namun tidak mati. Akhirnya, jika ada orang yang meminum air tercemar Copepoda tersebut, orang tersebut akan tertular dracunculiasis pula.
b. Kontak langsung / penggunaan sumber air yang terkontaminasi.

G. GEJALA PENYAKIT DRACUNCULIASIS
1. Ditemukannya cacing dewasa, baik dengan penyinaran cahaya maupun saat ujung anterior (depan) cacing betina gravid (hamil) sampai pada permukaan kulit.
2. Terdapat garis linier berliku-liku pada permukaan kulit dan ditemukannya papula (tonjolan) pada salah satu ujung garis tersebut serta munculnya prodromal (gejala awal) atau sistemik (gejala lanjut).
3. Terbentuk sebuah lepuhan pada bukaan. Daerah di sekitar lepuhan terasa gatal, terbakar, dan meradang-bengkak, merah, dan menyakitkan. Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa menyebabkan reaksi alergi, yang bisa mengakibatkan kesulitan bernafas, muntah, dan ruam (kemerahan pada kulit) yang gatal. Gejala-gejala reda dan lepuhan tersebut sembuh setelah cacing dewasa meninggalkan tubuh. Pada sekitar 50% orang, infeksi bakteriterjadi di sekitar bukaan karena cacing tersebut. Kadangkala persendian dan tendon (urat otot) di sekitar lepuhan rusak.

H. CARA PENGOBATAN PENYAKIT DRACUNCULIASIS
1. Pengobatan Medis
a. Niridazole (Ambilhar).
Obat ini sangat efektif dan diberikan secara oral dengan dosis 25 mg/bb/hari selama 15 hari. Pada anak-anak diberikan dalam dosis bagi. Dosis maksimal adalah 1,5 gram/har5. Obat ini memiliki efek samping seperti rasa mual, muntah, diare, kram, pusing, rash pada kulit, insomnia, paraestesia dan gangguan gambaran listrik jantung. Pada penderita defisiensi G-6-PD dapat menimbulkan anemia hemolitika.
b. Metronidazole
Obat ini diberikan dengan dosis 3×250 mg pada dewasa dan 25 mg/bb dalam dosis bagi 3 pada anak-anak, selama 10 hari.
c. Thiabendazole 50 mg/bb/hari selama 2 hari.
Obat ini memiliki efek samping yang lebih minimal daripada Metronidazole.
d. Tindakan operasi mengeluarkan cacing, merupakan tindakan yang paling tepat untuk memperkecil terjadinya infeksi sekunder dan mempercepat proses penyembuhan yang sempurna.
2. Pengobatan Tradisional
Cacing betinanya diambil paksa dengan cara dilinting pelan-pelan. Melintingnya harus pelan sekali. Sebab, si cacing tidak boleh putus. Kalau putus, maka cacingnya akan mati di dalam jaringan subkutan (bawah kulit) dan akan timbul ulkus (kerusakan) yang lebih luas lagi. Cacing yang mati akan membusuk dan hal ini sering terjadi ketika cacing melintasi daerah kulit menutupi persendian.

I. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT DRACUNCULIASIS
1. penyaringan air minum melalui kain katun tipis.
2. 2. merebus air hingga mendidih sebelum digunakan.
3. hanya meminum air berklorin membantu mencegah dracunculiasis.

2 komentar di “PENYAKIT DRACUNCULIASIS

Tinggalkan komentar